Total Tayangan Halaman

Minggu, 07 Januari 2018

Green City, Solusi Pemanasan Global

-->
Kehidupan keseharian kita memang tidak dapat di lepaskan dari keberadaan hasil teknologi, setiap hari kita menggunakan kendaraan bermotor untuk beranjang sana kesana kemari. Selain itu kehidupan kita juga tidak dapat di pisahkan dari kertas, tissue, parfum, hairspray, air conditioner dan masih bayak lagi hasil-hasil teknologi yang dapat mempermudah aktifitas kita. Namun ternyata, di balik kemudahan yang kita dapat ternyata membawa dampak yang sebenarnya tak begitu tampak tetapi terus terakumulasi sehingga menumpuk menjadikan suatu ancaman besar bagi kelangsungan hidup umat manusia di bumi.
Peristiwa yang di maksud adalah pemanasan global atau yang popular dengan sebutan global warming. Akhir-akhir ini peristiwa tersebut menjadi perbincangan hangat diantara cendikiawan dunia. Selain itu, timbulnya isu akan adanya kiamat di tahun 2012 membuat sebagian besar masyarakat dunia terhenyak dan ketakutan. Namun, tidak ada langkah nyata dari mereka untuk memperbaiki keadaan.
Hal itu terlihat dengan masih tingginya pengunaan bahkan penyia-nyiaan kertas, pemakaian tissue, hairspray dan air conditioner… contoh mudah di lingkungan sekitar kita, khususnya di unnes adalah ketika acara demo expo yang dilaksanakan pada tanggal 2-3 oktober lalu. Di sana saya melihat betapa kertas-kertas terbuang sia-sia. Padahal kertas-kertas tersebut berasal dari pulp yang bahan dasarnya adalah dari kayu. Bayangkan jika kebutuhan kertas meningkat maka kayu-kayu pun akan di tebangi untuk di jadikan kertas padahal pada akhirnya pun kertas-kertas tersebut hanya terbuang dengan sia-sia.
Menyikapi masalah diatas, haruskah kita menghentikan pemakaina teknologi dalam keseharian kita, agar global warming tak akan terjadi? Tentu saja tidak! Jika hal tersebut dilakukan tentu akan membuat hidup kita bertambah repot bahkan mungkin kita akan kembali pada zaman pra sejarah karena tak lagi menggunakan teknologi. Latas, bagaimana menyikapinya?
Salah satu solusinya yaitu perlu dibuat suatu konsep “green city” agar dapat menyeimbangkan antara lahan hijau dan lahan industri. Konsep “green city” itu sendiri tidak hanya membuka lahan hijau di kota kota/daerah padat industri. Namun juga meliputi kegitan lain yang lebih menekankan pada penghematan dan mengefektifkan hal-hal yang dapat menyebabkan pemanasan global. Lebih jelasnya konsep “green city” meliputi hal-hal berikut ini:
* Pembangunan taman-taman kota di daerah padat polusi
* Pembangunan taman-taman sekolah. Dapat di lakukan dengan mengadakan perlombaan antar sekolah.
* Memberdayakan desa sehingga menjadi ramah lingkungan dengan memberi pengarahan secara bertahap kepada masyarakat di suatu desa tentang penggunaan produk dan teknologi yang ramah lingkungan.
* Meminimalisir penggunaan hal-hal yang dapat menyebabkan pemanasan global seperti parfum, air conditioner, BBM, plastik, seperti misalnya dengan menyosialisasikan program paperless, penggunaan plastik biodegradable, danlain sebagainya.
* Pengolahan limbah yang sulit teruraikan seperti limbah plastik, stereofoam, kaleng bekas untuk didaur ulang menjadi barang-barang yang bernilai ekonomis sehingga bisa menghasilkan keuntungan yang potensial bagi suatu daerah.
* Mengurangi pemakaian kendaraan bermotor dengan berjalan kaki, bersepeda, atau menggunakan kendaraan umum.
Nah itu tadi merupakan beberapa konsep “green city” yang setidaknya dapat mengurangi penyebab global warming. Hal diatas tidak akan berarti apapun jika tidak di dukung dengan kesadaran penuh tiap-tiap individu untuk selalu menjaga alam darikerusakan dan berusaha mendukung konsep “green city” agar dapat di terapkan pada kota-kota besar yang padat industri. Karena sumber polusi terbesar berasal dari sana.
Salam konservasi! Let’s go green to save our nature!

Cara Tepat Membedakan Beras Plastik dan Beras Asli

Beberapa waktu lalu muncul video menghebohkan yang memperlihatkan sekepal nasi dapat memantul berkali-kali ketika dijatuhkan. Nasi dalam video tersebut kemudian dicurigai berasal dari beras plastik. Masyarakat terutama ibu rumah tangga menjadi resah ketika sekepal nasi yang dijatuhkan tidak ambyar tetapi memantul.

Benarkah cara membedakan beras plastik dan beras asli dengan dijatuhkan seperti pada video tersebut? Bagaimana cara benar membedakannya? Berikut cara mudah membedakan beras plastik dan beras asli tanpa menjatuhkannya.

Titik Putih di Ujung Beras
Perhatikan titik putih yang ada di ujung beras asli. Titik putih yang ada di ujung beras asli tersebut menunjukkan adanya kandungan zat pati atau karbo dalam beras. Zat pati itulah yang memberikan rasa kenyang. Tetapi, kadang titk putih tersebut terlepas atau patah dalam proses pengolahan. Jadi, tidak adanya titik putih diujung beras bukan berarti menandakan bahwa beras itu adalah beras plastik. Kenali perbedaan beras plastik dan beras asli lainnya.

Guratan Bekas Sekam
Pada saat proses pemisahan padi dan sekam dengan menggunakan mesin, tentunya membuat kondisi beras menjadi tidak mulus lagi. Jika kita menemukan beras dalam kondisi mulus, tanpa guratan atau lengkungan, lurus sempurna, dan cenderung lebih bersih dapat dipastikan itu adalah beras palsu.

Jadi berhati-hatilah terkadang ketika membeli kita lebih tertarik pada beras yang terlihat lebih putih, lebih bersih, dan lonjong sempurna. Padahal bisa jadi beras itulah beras plastik yang tidak layak untuk dikonsumsi.

Mencuci dengan Air
Baik beras plastik maupun beras asli, sama-sama tenggelam ketika dimasukkan dalam wadah berisi air. Lalu, bagaimana cara membedakannya? Tekstur beras asli yang dicuci dengan air cenderung menggumpal, sedangkan beras plastik tentu saja tidak memiliki ciri tersebut.

Warna air juga akan keruh jika itu merupakan air bekas cucian beras asli. Sedangkan pada beras plastik cenderung lebih bersih. Nah, bagaimana jika keduanya dicampur? Agaknya ciri terakhir inilah yang hanya dapat membedakan beras plastik dengan beras asli.

Olah Menjadi Bubur
Ambilah segenggam beras dan rebuslah dengan air hingga mendidih. Jika beras tersebut mudah lembek dan cepat menjadi bubur dapat dipastikan beras tersebut asli. Sebaliknya, jika beras tersebut masih mengeras atau bahkan muncul lapisan tebal di permukaan wadah, artinya anda perlu waspada bisa jadi beras yang anda konsumsi telah terkontaminasi dengan plastik. Anda juga dapat mengamati beras yang telah Anda rebus/tanak dalam dua hari. Jika dalam dua hari nasi telah basi dan muncul jamur, tentu itu adala beras asli.

Nah itu tadi adalah beberapa ciri dari beras plastik yang cara membedakannya tidak hanya dengan dijatuhkan. Semoga artikel ini membantu meredakan keresahan para ibu rumah tangga yang bingung membedakan beras asli dan beras plastik.

Jumat, 18 Januari 2013


ANALISIS TRADISI “BUKA LUWUR” BERDASARKAN TEORI FUNGSIONAL
Oleh: Shiva Fauziah

I. PENDAHULUAN
Saat ini, para ahli kebudayaan mengungkapkan keprihatinannya terhadap sejumlah warisan budaya masa lalu yang sedikit demi sedikit mulai terkena dampak dari globalisasi, yaitu masuknya budaya luar yang dapat menggeser eksistensi budaya nusantara. Hal tersebut terlihat dengan semakin sedikitnya generasi muda yang mengenal dan memahami budayanya sendiri. Eksistensi suatu kebudayaan agar tidak hilang dan punah tergerus perkembangan dan kemajuan zaman hendaknya selalu diwariskan kepada generasi penerusnya, yaitu generasi muda. Nah, agar suatu kegiatan kebudayaan dapat terus berjalan dan dilestarikan, tentu karena kegiatan tersebut memiliki fungsi dan nilai-nilai atau motivasi tertentu di dalam sebuah masyarakat. Dijalankannya suatu kegiatan pasti memiliki tujuan dan fungsi tertentu dalam masyarakat. Demikian pula tradisi Buka Luwur pada massyarakat kota Kudus, dapat terus lestari hingga sekarang tentu saja memiliki fungsi yang sangat besar pada masyarakat pelakunya. Untuk itu, akan dilakukan analisis berdasarkan teori fungsionalisme terhadap tradisi Buka Luwur tersebut.

II. PEMBAHASAN
A.    Deskripsi Tradisi Buka Luwur
Buka Luwur adalah upacara tradisi yang terdapat di kota Kudus berupa prosesi penggantian luwur atau kain mori yang digunakan untuk membungkus jirat, nisan, dan cungkup Makam Sunan Kudus. Upacara ini sifatnya massal, dilaksanakan di Tajug Masjid Menara Kudus, di desa Kauman, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, pada setiap tanggal 10 Asyuro (Muharram) yang konon bertepatan dengan wafatnya Sunan Kudus. Dengan demikian, setiap tanggal 10 Asyuro telah ditetapkan sebagai waktu pelaksanaan khaul (ulang tahun wafatnya) Sunan Kudus untuk setiap tahunnya. Buka Luwur atau Buka Luhur adalah sebutan masyarakat untuk upacara ini, yang artinya membuka pusaka leluhur (Hartatik tt:355).
Ritual Buka Luwur dimulai dengan pembacaan do’a yang dilakukan di tajug atau pendopo yang terletak di kompleks Makam Sunan Kudus. Tajug ini berbentuk segi empat yang bermotifkan bangunan Jawa, model atap yang berundak-undak dengan empat tiang penyangga di tiap sisinya yang terbuat dari kayu jati sedangkan lantainya dari keramik yang diatasnya terhampar karpet bermotif masjid. Peserta ritual Buka Luwur duduk di seputar tajug dan mengelilingi luwur yang nantinya akan dipasang. Peserta ritual ini kesemuanya berjenis kelamin laki-laki yang berjumlah antara 50-70 orang. Peserta ritual Buka Luwur adalah Ulama atau Kyai, tokoh masyarakat, Pemda, DPRD, Pengurus Perhimpunan Pemangku Makam Auliya (PPMA) dan tamu undangan lain.
Puncak upacara yang dilaksanakan setiap tanggal 10 Asyura (Muharram) ini adalah khaul (ulang tahun wafatnya) Sunan Kudus, karena di dalam prosesi upacaranya selalu diikuti oleh pembacaan tahlil yang dipimpin oleh Imam Besar Masjid Menara yang diikuti oleh semua peserta upacara tersebut. Luwur yang semula berada di tengah-tengah tajug kemudian diarak oleh peserta ritual Buka Luwur menuju makam Sunan Kudus yang berada di sisi utara tajug diiringi dengan lantunan sholawat. Hanya beberapa orang saja yang bisa masuk ke bagian utama Makam Sunan Kudus untuk memasang luwur di Makam dan Nisan Sunan Kudus, sementara peserta ritual lainnya berada di luar bagian utama makam Sunan Kudus. Setelah prosesi pemasangan selesai dilanjutkan dengan pembacaan do’a tahlil.
Upacara ritual Buka Luwur ini diakhiri dengan do’a yang dibacakan oleh Kyai yang paling senior di Kudus. Peserta mengamini setiap kali Kyai selesai membacakan do’a. Setelah do’a penutup dibacakan, para peserta ritual Buka Luwur meninggalkan area makam Sunan Kudus. Di depan pintu keluar tampak 5 orang panitia membagikan nasi jangkrik yang dibungkus dengan daun jati dan ditaruh dalam keranjang. Selain untuk masyarakat yang mengikuti prosesi upacara, nasi jangkrik itu juga diperuntukkan bagi para donatur, tamu undangan, serta panitia penyelenggara. Karena jumlahnya terbatas, menyebabkan sering terjadi rebutan yang menyebabkan beberapa orang sempat pingsan akibat berdesak-desakan berebut nasi jangkrik itu. Upacara ini sangat ditunggu-tunggu oleh masyarakat, karena mereka menginginkan  berkah dari potongan luwur lama yang diyakini mempunyai banyak khasiat (Falah tt:7).

B.     Analisis Tradisi Buka Luwur Berdasarkan Teori Fungsional
Beberapa pihak menganggap, ritual budaya Buka Luwur ini terlihat tidak memiliki fungsi yang cukup penting karena hanya merupakan suatu prosesi penggatian kain mori pada makam. Akan tetapi, budaya ini dapat terus bertahan dan lestari karena ada beberapa fungsi lain yang diperoleh masyarakat pelakunya, seperti halnya yang diungkapkan oleh Malinowski. Inti dari teori fungsional menurut Malinowski adalah bahwa segala aktivitas kebudayaan itu sebenarnya bermaksud memuaskan suatu rangkaian dari sejumlah kebutuhan naluri mahluk manusia yang berhubungan dengan seluruh kehidupannya (Kaplan 2002:76).
Kaplan (2002:77) menyebutkan bahwa asumsi dari teori fungsional adalah bahwa semua sistem budaya memiliki syarat-syarat fungsional tertentu untuk memungkinkan eksistensinya. Sebuah tradisi atau kebudayaan dalam suatu masyarakat dapat lestari jika tradisi tersebut memiliki fungsi-fungsi tertentu sehingga mampu bertahan. Seperti halnya dalam tradisi Buka Luwur meskipun terlihat sebagai suatu tradisi yang nyata-nyata tidak memiliki fungsi karena hanya merupakan prosesi penggantian kain mori pada makam, dan adanya anggapan-anggapan tertentu bahwa tradisi tersebut dapat mengarah kepada hal-hal yang justru bertentangan dengan norma-norma agama, diluar semua itu, tradisi Buka Luwur memiliki fungsi, motifasi, dan nilai-nilai tertentu yang diyakini oleh masyarakat pelakunya.
Satu fungsi mendasar dari sebuah ritual keagamaan sebagaimana yang diungkapkan oleh Radcliffe-Brown dalam Kaplan (2002:77) bahwa keberadaan dan keberlakuan sebuah upacara keagamaan dalam suatu masyarakat adalah kaitannya dengan sumbangan upacara keagamaan tersebut bagi kerekatan sosial. Suatu ritual keagamaan berfungsi untuk memantapkan solidaritas sosial. Solidaritas ini dipertahankan untuk memungkinkan warga masyarakat memainkan peranannya yang telah disepakati bersama, yakni memelihara kadar kebersamaan yang menjadi landasan bagi berlangsungnya sistem sosial. Adanya ritual Buka Luwur sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat. Bahkan bagi masyarakat Kauman  ini menjadi sebuah kewajiban untuk ditunaikan. Hal ini yang mendorong seluruh warga untuk terlibat dalam ritual Buka Luwur. Yang sering terjadi di masyarakat adalah adanya ketidaknyamanan ketika tidak berpartisipasi dalam ritual Buka Luwur ini. Sehingga demi menjaga ketertiban di masyarakat, warga pun turut dalam ritual ini. Perasaan tidak nyaman ketika tidak ikut berpartisipasi merupakan hal yang wajar. Hal ini sebenarnya lebih didasarkan kepada kebutuhan untuk menjalin persahabatan atau relasi sosial dengan warga yang lain. Hal ini sangat perlu bagi masyarakat yang budayanya masih kental dengan gotong royong.
Menurut Person dalam Jhonson (1990:135), agar suatu kebudayaan dapat tetap bertahan, maka suatu sistem kebudayaan harus mempunyai keempat fungsi AGIL: Adaptation (adaptasi), Goal Attainment (pencapaian tujuan), Integration (integrasi), dan Latency (pemeliharaan pola). Untuk fungsi Integration (integrasi) yaitu sebuah sistem harus mengatur antar hubungan bagian-bagian yang menjadi komponennya dan fungsi Latency (pemeliharaan pola) bahwa sebuah sistem harus memlengkapi, memelihara, dan memperbaiki motivasi individu maupun pola-pola kultural yang menciptakan dan menopang motivasi. Mengenai motivasi, Melihat dari apa yang dilakukan masyarakat dalam melakukan ritual Buka Luwur dapat dikategorikan bahwa motivasi yang melandasi ritual tersebut adalah motivasi beragama. Motivasi beragama sendiri adalah naluri manusia untuk selalu dekat, kembali, dan meminta pertolongan kepada Tuhan. Masyarakat mempunyai anggapan bahwa ada kekuatan magis dari mori yang terpasang di makam Sunan Kudus dan juga nasi yang di bagikan ke masyarakat sehingga mereka rela berdesak-desakkan hanya untuk mendapatkan sebungkus nasi. Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat mempercayai adanya sesuatu kekuatan Tuhan yang berada diluar kekuatan manusia itu sendiri.
Tujuan utama (Goal Attainment) sebagaimana konsep AGIL menurut Person dalam Jhonson (1990:135) diadakannya upacara ini adalah untuk memperingati kebesaran jasa Sunan Kudus, dalam syiar Islam di Kudus yang pada waktu itu masih didominasi oleh pengikut agama Hindu. Adanya pembagian nasi jangkrik yang tidak menggunakan lauk daging sapi sebagai salah satu warisan kearifan Sunan Kudus dalam menjaga toleransi dengan masyarakat yang masih beragama Hindu pada zamannya, tetapi kemudian diganti dengan daging kerbau atau daging kambing. Peniadaan lauk daging Sapi pada Nasi Jangkrik tersebut merupakan salah satu bentuk Adaptation pada konsepsi AGIL dalam teori fungsionalisme menurut Person.
Upacara ini juga dimaksudkan sebagai salah satu syiar Islam, yaitu dalam rangka memperingati tahun baru Hijriyah. Itulah yang menyebabkan diselenggarakannya pengajian umum pada malam hari sebelum penggantian luwur baru itu dilaksanakan oleh ulama kharismatik yang ditunjuk oleh Pengurus Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus, bisa ulama dari daerah Kudus setempat atau ulama dari tempat lain. Fungsi Syiar inilah yang kemudian dipercaya oleh masyarakat Kudus untuk tetap melestarikan tradisi ini demi keberlangsungan nuansa relijiusitas masyarakat kota Kudus.

DAFTAR PUSTAKA

Falah, Reynal, Moch. Ngemron, dan Moordiningsih. tt. Motivasi dan Nilai Hidup Masyarakat Kauman Dalam Melakukan Ritual Adat Buka Luwur di Makam Sunan Kudus. Surakarta: Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Hartatik, Endah Sri. tt. Upacara – Upacara Tradisi yang Masih Berkembang di Masyarakat Seputar Makam Tokoh di Jawa Tengah dalam diakses pada 8 Januari 213.
Johnson, Doyle Paul. 1990. Teori Sosiologi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
 Kaplan, David. 2002. Teori Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rabu, 07 Maret 2012

QALBY


Hatiku bukanlah hati seorang zuhud
Yang dapat menghijabi diri dari kenikmatan dunia
Mata ini juga bukanlah mata seorang ulama’
Yang sanggup menahan pandangan dari keindahan dunia
Telinga ini juga bukan telinga seorang nabi
Yang akan sanggup bertahan dengan segala bujuk dan rayuan
Mulut ini juga bukanlah mulut malaikat
Yang hanya akan keluar kata-kata penuh sastra darinya
Rabb…

Minggu, 19 Februari 2012

Ikhfa'


Kemarin sore (19/2) ketika mengaji qur’an dengan abah yai, kebetulan kami sedang mengkaji surat Al-Baqarah ayat 57 dan dalam ayat itu ternyata terdapat banyak sekali bacaan ikhfa’nya. Setelah setiap santri baik putra maupun putri di suruh membaca satu per satu abah pun menjelaskan kepada kami bahwa bacaan kami masih kurang sempurna. Kekurang sempurnaan kami ternyata ada pada bacaan ikhfa’ yang kami baca. Bacaan ikhfa’ ternyata memiliki 3 cara membaca yang berbeda ketika nun sukun atau tanwin bertemu dengan huruf-huruf ikhfa’ tertentu. Berikut pembagiannya:

Sabtu, 18 Februari 2012

About Time

Dari sebuah bungkus makanan yang terbuat dari kertas bekas aku memperoleh pencerahan:



“Waktu bagaikan sebuah kanvas terserah anda mau melukis gambar seperti apa.

Waktu adalah sehelai kertas kehidupan yang harus ditulis dengan deretan kalimat kerja dan prestasi. Dia akan merasakan kehampaan yang luar biasa apabila waktu yang dilaluinnya tidak diisi dengan kreasi, kalimat kerja teputus, atau bahkan dia akan merasakan kekosongan jiwa apabila ada waktu yang kosong serta tidak mempunyai nilai apapun.

Bila sampai saat ini anda berumur 35 tahun, seharusnya ada 35 jilid kehidupan yang berjudul nama anda. Setiap jilid itu terdiri atas 12 bab, 365 halaman, dan setiap halaman terdiri atas 24 baris atau 8.760 kata setiap jilidnya.

Apakah baris-baris itu penuh dengan cerita yang “exciting” (menarik), kisah tentang persaingan, kisah perjalanan menuju perpustakaan, diskusi, membaca, dan lain-lain ataukah hanya deretan kisah tentang tidur, sakit,atau bermalas-malassan. Atau, setiap lembarnya justru kosong tidak berisi tulisan apapun?

Lantas,bagaimana anda akan berkata pada para pembaca kehidupan anda bila setiap lembarnya penuh dengan kertas kosong?”

Semoga andapun terinspirasi…

Jumat, 17 Februari 2012

Merpati Bersayap Esa


Adalah si merpati kecil tinggal dalam sangkar
Merangkai mimpi mencipta asa
Sang merpati menyusun cara
Segala usaha ia bina

Kini sang merpati telah siap menembus cakrawala
Bergabung dengan para saudarinya
Namun sayang ia baru sadar…
Bahwa ia hanya bersayap esa.