Total Tayangan Halaman

Senin, 29 Agustus 2011

Mom’s you are everything…

Ibu… kau lah pelita hatiku
Penyejuk jiwaku
Penentram kalbu
Saat galau menerpa hidupku

Sebelum kejadian yang kualami ini mungkin aku takkan pernah tersadar betapa penting arti ibu dan ayah bagiku, mungkin aku takkan pernah bersyukur betapa Allah telah memberiku nikmat yang sedemikian besar kepadaku yaitu keutuhan kedua orang tuaku.

Kamis, 14 Juli 2011
Masih teringat betul dalam otakku kala itu ketika dengan gemetar ibu menerima telefon dariku yang hanya ingin sekedar menanyakan kabar beliau. Entah mengapa hari itu aku ingin sekali menghubungi keluargaku terutama ayah dan ibuku. Namun, ketika aku hubungi selalu gagal, padahal biasanya mudah sekali tersambung karena ibuku pasti akan langsung mengangkat telefon dariku. Aku pun berfikir mungkin bapak dan ibu sedang sibuk. Setelah beberapa kali mencoba, akhirnya telefon pun diangkat, Aku sempat merasa curiga dengan nada bicara ibuku saat menerima telefon dariku sangat berbeda sekali dengan biasanya.
Ketika aku tanyakan beliau beralasan sedang di jalan. Ibuku pun menutup pembicaraan singkat dengan ibuku kala itu dan berjajni akan menelefon ku lagi sesampainya beliau dirumah. Sempat terbersit perasaan tidak enak di hatiku. Namun aku kembali menepisnya dan kembali menyibukkan diri dengan kegiatan perkuliahanku,karena kebetulan saat itu aku sedang menempuh ujian semester.
Seminggu kemudian aku menelefon kembali untuk meminta ayah dan ibuku untuk hadir ke semarang menghadiri sebuah acara yang diselenggarakan oleh pondok pesantrenku. Dan betapa kecewanya aku saat ibu mengatakan kalau mereka berdua tidak dapat hadir karena sedang sibuk dengan pekerjaan mereka di kudus. Aku sempat ngambek dan berfikir mengapa mereka tak mau meluangkan sedikit waktunya untukku? Apakah karena sekarang aku telah dewasa dan mereka menganggap aku sudah tak butuh perhatian dari mereka? Astaghfirullah… aku kecewa berat saat itu.

Namun akhirnya aku dapat memakluminya. Mereka bekerja keras pun nanti hasilnya untuk membiayai aku dan adik-adikku. Beberapa saat setelah itu ibuku menelfonku kembali mengutarakan alasan mengapa mereka tak bisa menghadiri acaraku dan meminta maaf.

“ayahmu baru saja jatuh nduk… tangannya terkilir”

Begitu ungkap ibuku saat itu. Mulai saat itulah muncul dorongan yang sangat kuat dariku untuk tidak serta merta mempercayai ibuku. Ini pasti ada sesuatu yang terjadi hingga ayah dan ibu tak bisa menghadiri acaraku. Tidak mungkin kalau hanya Karena tangan ayah yang terkilir mereka mengurungkan niatnya untuk menjengukku. Akhirnya akupun memutuskan untuk mempercepat rencana kepulanganku esok paginya.
Aku memang sengaja tak memberitahukan rencana kepulanganku hari itu kepada kedua orangtuaku, aku ingin melihat reaksi mereka dan mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Dan betepa terkejutnya diriku ketika sesampainya dirumah aku mendapati kedua orang tuaku sedang terbaring lemah dengan memar dan lebam juga bengkak di sekujur tubuh mereka. Tak terasa air mataku mengalir begitu derasnya kala itu. Aku pun menanyakan mengapa mereka tak memberiku kabar tentang ini dan sepertinya menutup-nutupinya dariku. Mereka pun menjawab:

“karena kami tak ingin kuliahmu terganggu nduk… kamu kan sedang semesteran, kalau kami beritahukan yang sebenarnya kamu pasti akan langsung pulang dan meninggalkan kuliahmu…”

Subhanallah terbuat dari apakah hati kedua orang tuaku ini ya alllah… begitu mulianya hingga di saat mereka dalam keadaan seperti itu masih memikirkan kuliahku. Padahal di sana aku dengan seenaknya sendiri tanpa memikirkan jerih payah kedua orang tuaku menghambur-hamburkan uang untuk hal hal yang sebenarnya tak penting, dengan santainya dan tanpa beban aku liburan bersama teman-teman dan tak menghiraukan apa yang terjadi dengan ayah dan ibuku kala itu.

Ampuni aku rabb…
Maafkan aku ibu…
Maaafkan aku ayah…

Akhirnya mereka pun menceritakan kejadian yang menimpa mereka hingga sampai seperti itu. Sebenarnya kamis pagi saat aku mencoba menghubingi mereka itulah kecelakaan naas itu terjadi. Dan untungnya satu hal yang patut kami syukuri ayah dan ibuku masih di beri keselamatan oleh Allah meskipun dengan meninggalkan luka dan memar di sekujur tubuh mereka. Saat ibuku dengan gemetaran menerima telefon dariku itu adalah ketika mereka baru saja diselamatkan oleh warga dan masih berada di tepi jalan. Yang aku salut dari ibuku… ketika kondisi ibuku saat itu baru saja mengalami kecelakaan yang begitu parahnya beliau masih memikirkan keadaanku dan berusaha tidak memberitahuku tentang kejadian yang baru saja menimpa mereka karena tekut konsentrasi ujianku akan terganggu.

Terima kasih ayah… ibu… atas seluruh curahan kasih dan sayangmu… di hari nan fitri ini, dengan segala kerendahan hati, beta memohon ampunan atas segala tingkah laku beta selama ini yang sering kali menyusahkan dan merepotkan kalian. Maafkan beta yang belum mampu mengganti curahan kasih dan sayang yang kalian berikan dengan apapun. Hanya cinta dan bakti yang mampu beta berikan. Sekali lagi terima kasih ayah… terima kasih ibu…
Salam sayang dan rindu dariku,

ananda…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ayo kasih komentar...