Total Tayangan Halaman

Senin, 11 Oktober 2010

Catatan Kecil Memulai Belajar Menulis


Belajar menulis atau di sini bisa diartikan kegiatan mengarang bukanlah suatu hal yang mudah semudah membalikkan telapak tangan. Saya telah mengalaminya bahkan merasakannya. Mungkin kisah saya ini merupakan kisah sepele bagi sebagian orang. Namun, hal itu tidak berlaku bagi saya. Menurut saya, kisah kecil ini menjadi suatu pemacu semangatku ketika sedang tak bersemangat untuk menulis.
Cerita ini bermula dari aku mengenal dunia tulis menulis. Aku mengenal dunia ini semenjak kelas dua SMP. Saat itu saya belum kenal betul dunia kepenulisan. Namun, guru bahasa Indonesia saya tiba-tiba menyuruh saya untuk membuat sebuah karangan tentang penggunaan bahasa sepanjang 8 halaman folio. Bayangkan! Saya yang saat itu belum begitu mengenal dunia tulis menulis dalam waktu satu minggu di tuntut untuk membuat karya yang menurut saya sangat panjang. Alhasil saya hanya dapat menelurkan 3 halaman itu pun dengan kosa kata yang masih amburadul tak karuan. Satu hal yang mulai membuat semangat saya untuk terus menulis adalah kemenangan teman satu kelas saya yang pada waktu itu juga di suruh guru bahasa Indonesia saya untuk mengikuti ajang kepenulisan tingkat kabupaten tersebut. Dia berhasil meraih juara tiga dan mendapatkan uang pembinaan. Dan saat itu saya harus cukup berbangga dengan hanya memperoleh urutan ke-34 dari 50 orang peserta. Ironis bukan?
Namun, justru saya tertantang! Kalau teman saya bisa mendapatkan uang saku sebanyak itu saya juga harus bisa! Begitu pikiran saya saat itu, tetapi dasarnya saat itu masih suka maen semangat itu sedikit demi sedikit pudar begitu saja. Hingga di awal kelas 3 SMP saat menjelang ujian nasional tanpa sengaja saya terpikat pada sebuah buku karangan Hernowo “mengikat Makna” sebenarnya saya bisa membaca buku itu pun tanpa kesengajaan. Saat itu teman sebangku saya yang hobi membaca, meminjam buku dari perpustakaan umum daerah. Salah satunya adalah buku tersebut. Karena saya juga termasuk bookaholic, cuman saat itu masih belum berani pergi ke perpustakaan umum daerah alhasil hanya bisa pinjem pinjeman temen. Jadilah buku itu saya pinjem dan bawa pulang dengan syarat harus habis di baca satu malam! Begitu syarat teman saya. Jadilah malamnya mulai sepulang sekolah saya langsung melahapnya. Satu per satu… halaman demi halaman… kata demi kata terus saya telusuri dan saya ungkap makanaya. Dan sungguh luar biasa… mulai saat itu nurani saya tergerak ingin suatu saat bisa berdakwah lewat tulisan, bisa menuangkan gagasan, ide, pemikiran menjadi sebuah buku yang di baca oleh orang di seluruh dunia. Ingin rasanya namaku “Shiva Fauziah” di kenal dan di kenang oleh ribuan penduduk dunia.
Tetapi entah kenapa hatiku tetap saja gelisah, aku mencoba menulis… mengikuti apa yang di sarankan apa yang ada dalam buku tersebut. Awalnya begitu sulit… berat… dan sangat menyiksa tetapi aku terus mencoba-mencoba dan mencoba. Hingga saat aku memasuki kelas1 SMA aku pun di tawari menjadi tim redaksi majalah dinding sekolahku, selain itu aku juga di tawari kakak kelasku untuk mengikuti lomba karya tulis ilmiah tingkat nasional. Suatu kemajuan tersendiri… aku salah besar! Ternyata kemajuanku itu belum seberapa bahkan tak ada artinya. Di kelas 2 SMA inilah aku baru tahu dan menyadari kembali kemampuan ku dalam bidang kepenulisan. Pengalaman pertamaku adalah ketika aku mendapat amanah dari ketua OSIS untuk menerbitkan bulletin pertama di sekolahku. Semula aku menolaknya! Namun, ternyata banyak pihak yang mendukungku mulai dari orang tua, kawan-kawanku, dan guru-guru mereka member respon positif terhadap rencana ketua osis. Akhirnya aku melaksanakan keinginan sekaligus amanah mereka.
Berat memang… bahkan pahit dan perih yag ku rasakan saat itu. Bayangkan betapa tidak seorang yang semula belum mempunyai bekal yang cukup memadai tentang dunia kepenulisan dan jurnalistik tiba-tiba di serahi tanggung jawab untuk memulai sebuah bulletin. Aku saat itu menyadari kemampuanku dalam bidang jurnalistik yang masih minim. Namun, aku berusaha sekuat tenaga menjalankan amanat yang telah di bebankan kepadaku.
Namun, ternyata menerbitkan beberapa lembar bulletin tak semudah yang ku bayangkan mulai dari kekurangan dana kendala SDM yang kurang professional dan juga harus bisa menyatukan team work agar bisa kompak bukanlah sesuatu yang mudah. Hampir satu bulan aku pulang malam untuk mengejar deadline bulletin terbit. Orang tuaku pun sempat memarahiku, namun mereka sebenarnya juga tak tega melihat kesibukanku. Akhirnya… terbitlah bulletin pertamaku itu 12 halaman. Dan taukah anda bagaimana tanggapan khalayak terhadap bulletin pertama yang penuh perjuangan dan tetes keringat tadi? Ya… ada yang menyanjung tetapi banyak juga yang mencela. Bahkan ada yang sampai mencoret-coret bulletin yang telah susah payah kita buat. Semula, aku tak mau melanjutkannya aku mengusulkan kepada sang ketua osis untuk mengundurkan diri. Namun, pikiran itu segera ku tepis setelah aku di kuatkan oleh kata-kata seorang guruku. “Mengawali sesuatu itu tak semudah meneruskan sesuatu yang sudah ada.” Kata-kata beliau itulah yang melecutku untuk memperbaiki bulletin ku pada edisi selanjutnya. Dan ternyata buletinku pada edisi ketiga sudah bisa di katakan menyamai bulletin bulletin sekolah lain sang sudah beberapa tahun ada.
Ternyata perjuanganku menerbitkan bulletin itu tak sia-sia. Dan member hikmah tersendiri bagiku. Karena bulletin itu juga aku banyak di kenal guru-guru dan kesiswaan. Jadi, setiap ada lomba yang berkaitan dengan kepenulisan aku selalu di ikutkan. Dan Alhamdulillah… beberapa diantaranya aku bisa meyabet juara bahkan hingga ke tingkat provinsi. Subhanallah aku bukan hanya mendapatkan penglaman menulis, tetapi aku juga bisa berlatih berorganisasi, menjadi bagian dari sebuah team work, dan suatu bonus tersendiri bagiku bisa menambah uang saku dari hasil menjuarai lomba-lomba kepenulisan. Ini semua berkat aku MENULIS! Meskipun begitu Aku menyadari kemampuan menulisku tak sehebat Jonru atau Hernowo. Namun, suatu saat aku bisa lebih hebat dari mereka! Maka dari itu sekarang saatnya untuk berlatih… berlatih… dan berlatih… Go Writing!
Tulisan ini diikutsertakan pada Program Beasiswa SMO 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ayo kasih komentar...